Bagaikan berada di planet antah
berantah yang jauh dari pusat tata surya, sepanjang hari ini sinar matahari
belum menghampiri bumi tempatku berada.. *ceilahh basa ku yaa haha*
Iya, jadi sepanjang pagi siang
dan sekarang sore udah mulai beranjak malam gerimis dan hujan tak
henti-hentinya mengguyur bumiku, setelah sekian lama kemarau yang berontak menjadi
gersang dan kering. Ahhh, aku lupa kapan terakhir kali hujan di musim yang
lalu. Kapan dingin yang seperti ini terakhir kali menyergap tubuhku. Bau tanah
kering yang tersiram hujan pertama. Petir yang menyilat-nyilat puluhan bahkan
ratusan kilo diatas sana. Ahhh, sudah lama sekali rasanya. Musim kemarau
benar-benar terlampau panjang. Melewati batas, melupakan kebiasaan.
Hari ini langit tak
henti-hentinya menghujam bumiku. Sebenarnya ini bukan hujan pertama di (lets
say) pergantian-awal-musim ini. Tapi boleh dibilang inilah hujan yang
“benar-benar” hujan di awal musim ini. Dingin yang sejak pagi menyergap tubuh
sepertinya enggan untuk sejenak memberikan waktu kepada kehangatan. Bau tanah
yang seperti campuran kopi dan tanah liat mengisyaratkan bahwa musim
benar-benar berganti menuju yang seharusnya. Kilatan petir yang masih malu-malu
mulai terdengar menyapa diatas sana. Sudah lama sekali. Lama sekaliii. Sejak hujan
tak pernah lagi muncul di musim yang lalu.
Aku suka musim hujan. Aku suka
saat-saat seperti ini. Saat bunyi bertemunya air dan atap, air dan ranting
pepohonan, air dan jalanan mewakilkan seluruh getaran dalam pita suara benakku.
Saat bau kopi yang menjelma menjadi bau tanah liat menenangkan seluruh degupan
dalam jantungku. Saat dingin yang amat sangat terkadang tanpa permisi menyusup
kedalam seluruh ragaku melelapkan ku dalam kedamaian. Aku menyukai musim hujan.
Sama seperti halnya aku menyukaimu yang terbang jauh bersama hujan. Aku rindu
musim hujan. Sama seperti halnya aku merindukanmu yang tak pernah lagi muncul
dikehidupanku.